Selamat Datang di Bimas Kristen Kanwil Kementerian Agama Banten

Kamis, 17 Mei 2012

MATERI ORIENTASI WANITA KRISTEN 2012

PEREMPUAN DALAM SEJARAH GEREJA TIMUR-IMPLIKASI DENGAN KEIKUTSERTAAN PEREMPUAN KRISTEN BANTEN
Dalam Sejarah Gereja, khususnya perkembangan  gereja-gereja Asia Afrika, perlu dicatat bahwa kaum perempuan telah memainkan peranan yang penting dalam Gereja Timur paling dini.
Pahlawan-pahlawan iman itu  berperan  sebagai para nabiah, pemimpin rohani, kepala biara serta para pengabdi kemanuasiaan kepada kaum fakir miskin  dan kepada para biarawan. Naskah The Teaching of the Apostles dan Constitutions of the Holy Apostles ( abad keempat ) menunjukkan adanya para diakones (diaken perempuan) , dan juga ada ordo kaum perawan dan kaum janda. Beberapa orang  perempuan juga mengajar dan bahkan membantu tugas-tugas imamat (bukan menjadi imam) Kaum Perempuan terus diakui sebagai para pejabat gereja: sebagai diakones, dan kadang-kadang mengambil bagian  dalam tugas imamat, dan juga sebagai istri-istri para imam. NEGERIA dari Spanyol , dalam Jurnal Ziarah-nya (abad kelima) , mengisahkan kepada kita tentang sosok perempuan yang bernama MARTHANA, seorang diaken  dan pemimpin sekelompok biarawati yang tinggal di TAKLA, Syria.  Ia juga dikabarkan pernah membangun  biara-biara  bagi kaum wanita di daerah pegunungan  di sekitarnya.
Dewasa ini,   gereja-gereja bergulat dengan  masalah-masalah gender kontemporer, baik di Negara-negara maju  maupun  di Negara-negara  berkembang Bahwa peranan Perempuan   tidak hanya berkutat   diseputar  rumah tangga dan gereja,  tetapi  tuntutan hidup   modern   member  peluang  kepada   kaum  perempuan  untuk  memasuki  setiap  segi  kehidupan.
MASALAH GENDER  DI NEGARA-NEGARA MAJU. DI Barat Ada  ketidak jelasan  dan  kebingungan  masyarkat   tentang  perbedaan yang   mencolok  antara  gender  maskulin  dan  feminism,   sehingga menggoncangkan   dan merusakkan  kehidupan  perkawinan  yang   merupakan   lembaga pertama  yang indah  yang  diciptakan  Allah di dunia.  
Meningkatnya gerakan  egaliterisme  kaum  feminis  telah  merusakkan  keharmonisan  hubungan  antara   suami  -  istri  seperti  digambarkan  di dalam Kitab  Suci,  yang menempatkan  suami  sebagai  kepala  keluarga   dan istri  sebagai pendampingnya   hidup (penolong) Makin meluasnya   kejumbuhan nilai-nilai  keibuan,  sebagai  pengurus  rumah tangga  dan  banyak pelayanan  di gereja  yang  secara  historis  memang    dilakukan  oleh kaum  perempuan. Selain itu, makin meningkatnya  tuntutan-tu ntutan  untuk melegitimasi  hubungan-hubungan  seksual yang  jelas-jelas  bertentangan dengan  Firman Tuhan,  misalnya  perkawinan  antara  kaum  homo  dan lesbi ,  dan  meningkatnya  pornografi  yang lebih   mengeksploitasi seksualitas manusia.   Persoalan itu  ditambah   dengan  meningkatnya  pelecehan  fisik  dan emosi di dalam keluarga. Di gereja –gereja  Barat,  mulai muncul  pweranan kepemimpinan  kaum  lelaki   dan perempuan  yang tidak  sesuai   dengan  ajaran   Firman Tuhan  sehingga  mengerogoti  nilai-nilai  suci  tugas  keimamatan.   Makin  banyak  penafsiran    Kitab Suci  yang aneh,  yang dipaksakan  dan  menafsirkan  kembali  makna-makna  yang sudah jelas dari  naskah  Kitab Suci.  Akibatnya,  Wibawa  Kitab  Suci   jadi  merosot  dan  diragukan  karena  makna   Kitab Suci  makin  dikaburkan   bagi kaum awam .   Jemaat digiring  bukan   bukan  kepada  ketaatan  kepada  TUHAN ,  tetapi untuk  mengikuti  trend  yang   sedang  berkembang  dan mulai  membudaya.
Di gereja-gereja  Indonesia  tidak terelakan dari kondisi dan situasi yang sama seperti yang terjadi di gereja-gereja barat dan  amerika. Maka untuk  meluruskan  kembali  peranan  kaum  lelaki  dan  perempuan,  beberapa teolog dan pendeta di Amerka Serikat   sepakat untuk  mendirikan  COUNCIL on BIBLICAL MANHOOD and WOMANHOOD, yang  memusatkan   tugasnya  untuk  mengkaji dan  meluruskan  ajaran-ajaran Kitab Suci dalam  hubungan  antar  kaum lelaki dan  kaum perempuan, khusunya  di rumah tangga dan gereja. Ketika  ditanya  tentang  pendiriannya,  JAY ADAMs, (dalam   Majalah  Cristianity To day)  salah seorang  anggota  dewan  itu menegaskan, “ Kami berpendapat bahwa ALLAH   menciptakan  laki-laki dan perempuan sama dalam  kepribadian dan  nilainya,  tetapi  berbeda  peranan mereka  masing-masing.

PEREMPUAN DALAM PELAYANAN PASTORAL
Pemberdayaan  peranan perempuan dalam gereja  biasanya menggunakan  pemetaan peran  dan melihat setiap kasus secara khusus atau secara raqsional. Entah peran dalam keluarga sebagai   seorang  gadis , perempuan / pemudi,  istri dari seorang  suami, ibu bagi anak-anaknya, nyonya rumah dengan pramuwismanya, nenek bagi seluruh keluarga atau sebagai janda, kehidupan perempuan  memiliki dinamika   tersendiri ( 1 Timotius 5: 22 -32; Titus 2 : 3  - 10; Efesus  5 : 22 – 32; 1  Petrus  3 : 1 – n7). Di luar rumahnya, peranan perempuan antara lain  sebagai tetangga di tempat tinggalnya, pekerja / wanita karier,  aktif  kegiatan social politik atau keagamaan.  Setiap gereja mengembangkan  pelayanan  kepada kaum perempuan  menurut peranan mereka masing-masing ( 1 Tesalonika  4 : 11 – 12;  1 Petrus 2 : 11 – 17). Sebagai gadis, kebutuhan untuk belajar dan mengembangkan  bakat-bakat,  bermain  dan  bergaul  sangat penting.  Berkembang dari tradisi PL , pendidikan agama bagi anak-anak gereja  dilakukan melalui pelayanan Sekolah Minggu. Beberapa gereja  menjadikan Sekolah Minggu bukan hanya untuk anak-anak, tetapi juga untuk semua kelompok umur, dengan sifat dan bentuk program  kegiatan  yang  sesuai. Adanya komisi Remaja dan pemuda serta kaum ibu  di dalam  gereja  memebri  peluang  bagi kaum perempuan  Kristen  untuk  mengembangkan manajemen organisasi,  berbagai ketrampilan ( antara lain  music,  olah raga dan kegiatan keperempuanan) b dan berbagai  aktifitas social dan  nilai-nilai  hidup  Kristen.   Kebanyakan perempuan  Kristen terlibat dalam pelayanan diakonia,  untuk menyantuni para yatim piatu,   fakir  miskin ,  panti-panti  jompo,  orang-orang yang sakit  dan di penjara  dan kepedulian terhadap lingkungan  hidup di pinggiran  kota sampai  ke pedesaan.  Dengan keyakinan  dalam Matius 24 : 40 – 46; 1 Yoh 4 : 20). Selain  menggunakan pemetaan peran social perempuan , gereja memakai jalur pen gembangan charisma  atau  disebut juga  talenta (karunia-karunia rohani)  bagi para warganya. Gereja yakin  sedikitnya setiap orang  Kristen diberi kemampuan  khusus  sejak lahir  sesuai dengan  kedaulatan Allah  sendiri, agar  kemampuan itu dipakai untuk melayan I sesame, untuk menyatakan kuasa Allah dan  demi  memuliakan  nama  Tuhan ( 1 Kor 12 : 4_6). Di katakana , ada banyak charisma  di dalam gereja  yang sedang aktif bekerja .  Jenis-jenisnya  antara lain disebut  dalam Kitab  PB ( Roma  12 : 3 – 8; 1 Kor  12 : 4 – 11, Epesus  4 : 4 – 12 dan  1 Petrus 4 : 11).   Berperannya  macam-macam  karunia itu dalam gereja  diibaratkan  satu  tubuh  dengan  banyak   anggota  ( 1 nKorintus  12 : 12 – 30)    Identitas peranan Rohani seseorang dalam gereja terlihat  melalui  perwujudan  dan pengembangan  karunia-karunia  rohani tadi.  Sebagaimana  diajarkan oleh   rasul petrus , “  Layanilah seorang akan yang lain  sesuai  dengan  karunia (khaisma)  yang telah diperoleh  tiap-tiap orang  sebagai penguru yang baik dari kasih  karunia Allah” (1Petrus  4 :  10). Sekarang  jalur peranan social perempuan  makin banyak   termasuk dengan hadirnya PPKB ini,  untuk  ikut membantu   mengatasi  masalah-masalah gereja di bidang perempuan dan mewujudkan peran perempuan  dalam   mempersatukan  sebagai respon doa Tuhan Yesus dalam Injil Yohanes  17.  PPKB   ikut memberdayakan perempuan  untuk menjadi  insan  “sempurna” dalam keluarga, gereja dan masyarakat  dalam Kristus (Kolose 1 : 28) dan atau yang  dikehendaki Allah   ( Matius  5 : 48 )
                                                                                                                                                         (By: Ny.Youke L.Singal, M.Th)