Sore hari saya sedang duduk di warung depan kontrakanku. Bibi "S", penjaga warung itu telah terbiasa bercerita denganku. dalam obrolan yang panjang, si Bibi "S" menceritakan kisah di masa lampau yang memberi makna penting bagiku.
Si Bibi "S" bercerita: Suatu kali kami pulang ke kampung halaman di Jawa Tengah. Saat itu saya mempunyai 2 anak. Yang pertama anak laki-laki berumur 5 tahun dan anak ke-2 berumur 4 tahun. Kami tiba di stasiun Kereta Api di Jakarta hendak menuju ke Jawa. Di tengah keramaian dengan ditemani suami dan bersama ke dua anak saya berjalan di tengah keramaian di stasiun tersebut. Anak-anak memegang rok saya sambil berjalan agar mereka tidak terhilang di tengah keramaian. Beberapa saat kemudian saya sangat terkejut melihat ana ke-2 saya (si Eneng) tidak ikut bersama saya. Sekejap rasa panik dan ketakutan itu menghampiri saya.Tanpa rasa malu saya pun berteriak mencoba memanggil anak saya lalu diserta air mata, saya menangis merengek-rengek di lantai stasiun kereta api tersebut. saya begitu sedih...melihat anak saya menghilang dari sisi saya.
Kami pun akhirnya melaporkannya ke bagian inforamasi dan petugas pun mengumumkan melalui loudspeaker agar jika ada yang mnemukan anak perempuan saya, mohon segera di kembalikan. Anak saya pun berahasil ditemukan, terbawa oleh ibu lain yang memakai baju yang agak sama dengan baju yang saya pakai hari itu. ternyata anak saya salah pegang rok sehingga anakku itu menghilang".
Hmmmm....kisah yang terkesan sepele namun memberi makna yang sangat dalam. Aku merenungkan itu seperti gambaran kehidupan rohani manusia. Ada saatnya kita terkecok dengan suatu hal yang kita anggap baik untuk kita pegang, ternyata itu justru membuat kita telah jauh dari Tuhan. Hal lain adalah dalam melangkah menapaki hidup ini, "jangan pegang rok saja" tetapi "pegang tangan dengan erat" itu jauh lebih baik. Pegang tangan Tuhan dengan kuat jangan biarkan kendor sedikit pun oleh karena mata kita mulai tertarik dengan hal-hal duniawi yang terlihat menarik dan mengalihkan pandangan kita dari Kristus. Atau kita salah menjadikan sesuatu yang tidak kekal sebagai pegangan kita. Ingatlah bahwa Tanga Tuhan sajalah yang membawa kita pada akhir garis yang penuh kemenangan, walau tangan kita mulai terasa pegal, namun tetaplah berpegang kokoh dan teguh.
Writed by: Ib. G