PEREMPUAN DALAM SEJARAH GEREJA TIMUR-IMPLIKASI DENGAN KEIKUTSERTAAN PEREMPUAN KRISTEN BANTEN
Dalam Sejarah Gereja, khususnya perkembangan gereja-gereja Asia Afrika, perlu dicatat
bahwa kaum perempuan telah memainkan peranan yang penting dalam Gereja Timur
paling dini.
Pahlawan-pahlawan iman itu
berperan sebagai para nabiah,
pemimpin rohani, kepala biara serta para pengabdi kemanuasiaan kepada kaum
fakir miskin dan kepada para biarawan. Naskah The Teaching of the Apostles dan Constitutions of the Holy
Apostles ( abad keempat ) menunjukkan adanya para diakones (diaken
perempuan) , dan juga ada ordo kaum perawan dan kaum janda. Beberapa orang perempuan juga mengajar dan bahkan membantu
tugas-tugas imamat (bukan menjadi imam) Kaum Perempuan terus diakui sebagai para pejabat gereja: sebagai diakones,
dan kadang-kadang mengambil bagian dalam
tugas imamat, dan juga sebagai istri-istri para imam. NEGERIA dari Spanyol , dalam Jurnal Ziarah-nya (abad kelima) , mengisahkan
kepada kita tentang sosok perempuan yang bernama MARTHANA, seorang diaken dan pemimpin sekelompok biarawati yang
tinggal di TAKLA, Syria. Ia juga dikabarkan
pernah membangun biara-biara bagi kaum wanita di daerah pegunungan di sekitarnya.
Dewasa ini, gereja-gereja bergulat
dengan masalah-masalah gender
kontemporer, baik di Negara-negara maju
maupun di Negara-negara berkembang Bahwa peranan Perempuan tidak hanya berkutat diseputar
rumah tangga dan gereja,
tetapi tuntutan hidup modern
member peluang kepada
kaum perempuan untuk
memasuki setiap segi
kehidupan.
MASALAH GENDER
DI NEGARA-NEGARA MAJU. DI Barat Ada ketidak jelasan dan
kebingungan masyarkat tentang
perbedaan yang mencolok antara
gender maskulin dan
feminism, sehingga menggoncangkan dan merusakkan kehidupan
perkawinan yang merupakan
lembaga pertama yang indah yang
diciptakan Allah di dunia.
Meningkatnya gerakan
egaliterisme kaum feminis
telah merusakkan keharmonisan
hubungan antara suami
- istri seperti
digambarkan di dalam Kitab Suci,
yang menempatkan suami sebagai
kepala keluarga dan istri
sebagai pendampingnya hidup
(penolong) Makin meluasnya kejumbuhan
nilai-nilai keibuan, sebagai
pengurus rumah tangga dan
banyak pelayanan di gereja yang
secara historis memang
dilakukan oleh kaum perempuan. Selain itu, makin
meningkatnya tuntutan-tu ntutan untuk melegitimasi hubungan-hubungan seksual yang
jelas-jelas bertentangan
dengan Firman Tuhan, misalnya
perkawinan antara kaum
homo dan lesbi , dan
meningkatnya pornografi yang lebih
mengeksploitasi seksualitas manusia.
Persoalan itu ditambah dengan
meningkatnya pelecehan fisik
dan emosi di dalam keluarga. Di gereja –gereja Barat,
mulai muncul pweranan
kepemimpinan kaum lelaki
dan perempuan yang tidak sesuai
dengan ajaran Firman Tuhan
sehingga mengerogoti nilai-nilai
suci tugas keimamatan.
Makin banyak penafsiran
Kitab Suci yang aneh, yang dipaksakan dan
menafsirkan kembali makna-makna
yang sudah jelas dari naskah Kitab Suci.
Akibatnya, Wibawa Kitab
Suci jadi merosot
dan diragukan karena
makna Kitab Suci makin
dikaburkan bagi kaum awam . Jemaat digiring bukan
bukan kepada ketaatan
kepada TUHAN , tetapi untuk
mengikuti trend yang
sedang berkembang dan mulai
membudaya.
Di gereja-gereja Indonesia tidak terelakan dari kondisi dan situasi yang
sama seperti yang terjadi di gereja-gereja barat dan amerika. Maka untuk meluruskan
kembali peranan kaum
lelaki dan perempuan,
beberapa teolog dan pendeta di Amerka Serikat sepakat untuk mendirikan
COUNCIL on BIBLICAL MANHOOD and WOMANHOOD, yang memusatkan
tugasnya untuk mengkaji dan
meluruskan ajaran-ajaran Kitab
Suci dalam hubungan antar
kaum lelaki dan kaum perempuan,
khusunya di rumah tangga dan
gereja. Ketika ditanya
tentang pendiriannya, JAY ADAMs, (dalam Majalah
Cristianity To day) salah
seorang anggota dewan
itu menegaskan, “ Kami berpendapat bahwa ALLAH menciptakan
laki-laki dan perempuan sama dalam
kepribadian dan nilainya, tetapi
berbeda peranan mereka masing-masing.
PEREMPUAN DALAM
PELAYANAN PASTORAL
Pemberdayaan peranan perempuan dalam gereja biasanya menggunakan pemetaan peran dan
melihat setiap kasus secara khusus atau
secara raqsional. Entah peran dalam keluarga sebagai seorang
gadis , perempuan / pemudi, istri
dari seorang suami, ibu bagi
anak-anaknya, nyonya rumah dengan pramuwismanya, nenek bagi seluruh
keluarga
atau sebagai janda, kehidupan perempuan
memiliki dinamika tersendiri ( 1
Timotius 5: 22 -32; Titus 2 : 3 - 10;
Efesus 5 : 22 – 32; 1 Petrus
3 : 1 – n7). Di luar rumahnya, peranan
perempuan antara lain sebagai tetangga
di tempat tinggalnya, pekerja / wanita karier,
aktif kegiatan social politik
atau keagamaan. Setiap gereja
mengembangkan pelayanan kepada kaum perempuan menurut peranan mereka
masing-masing ( 1
Tesalonika 4 : 11 – 12; 1 Petrus 2 : 11 – 17). Sebagai gadis,
kebutuhan untuk
belajar dan mengembangkan
bakat-bakat, bermain dan
bergaul sangat penting. Berkembang dari tradisi PL , pendidikan agama
bagi anak-anak gereja dilakukan melalui
pelayanan Sekolah Minggu. Beberapa gereja
menjadikan Sekolah Minggu bukan hanya untuk anak-anak, tetapi juga untuk
semua kelompok umur, dengan sifat dan bentuk program kegiatan
yang sesuai. Adanya komisi Remaja dan pemuda
serta kaum ibu di dalam gereja
memebri peluang bagi kaum perempuan Kristen
untuk mengembangkan manajemen
organisasi, berbagai ketrampilan (
antara lain music, olah raga dan kegiatan keperempuanan) b dan
berbagai aktifitas social dan nilai-nilai
hidup Kristen. Kebanyakan perempuan Kristen terlibat dalam pelayanan
diakonia, untuk menyantuni para yatim
piatu, fakir miskin ,
panti-panti jompo, orang-orang yang sakit dan di penjara dan
kepedulian terhadap lingkungan hidup di pinggiran kota sampai
ke pedesaan. Dengan
keyakinan dalam Matius 24 : 40 – 46; 1
Yoh 4 : 20). Selain menggunakan pemetaan peran social perempuan ,
gereja memakai jalur pen gembangan charisma
atau disebut juga talenta (karunia-karunia rohani) bagi para
warganya. Gereja yakin sedikitnya setiap
orang Kristen diberi kemampuan khusus
sejak lahir sesuai dengan kedaulatan Allah sendiri, agar
kemampuan itu dipakai untuk melayan I sesame, untuk menyatakan kuasa
Allah dan demi memuliakan
nama Tuhan ( 1 Kor 12 : 4_6). Di katakana , ada banyak charisma di
dalam gereja yang sedang aktif bekerja
. Jenis-jenisnya antara lain disebut dalam
Kitab
PB ( Roma 12 : 3 – 8; 1 Kor 12 : 4 – 11, Epesus 4 : 4 – 12 dan 1
Petrus 4 : 11). Berperannya
macam-macam karunia itu dalam
gereja diibaratkan satu
tubuh dengan banyak
anggota ( 1 nKorintus 12 : 12 – 30) Identitas peranan Rohani
seseorang dalam
gereja terlihat melalui perwujudan
dan pengembangan karunia-karunia rohani tadi.
Sebagaimana diajarkan oleh rasul petrus , “ Layanilah seorang akan
yang lain sesuai
dengan karunia (khaisma) yang telah diperoleh tiap-tiap orang
sebagai penguru yang baik dari kasih karunia Allah” (1Petrus 4 :
10). Sekarang
jalur peranan social perempuan
makin banyak termasuk dengan
hadirnya PPKB ini, untuk ikut membantu mengatasi
masalah-masalah gereja di bidang perempuan dan mewujudkan peran
perempuan dalam mempersatukan sebagai respon doa Tuhan Yesus dalam
Injil
Yohanes 17. PPKB
ikut memberdayakan perempuan
untuk menjadi insan “sempurna” dalam keluarga, gereja dan
masyarakat dalam Kristus (Kolose 1 : 28)
dan atau yang dikehendaki Allah ( Matius
5 : 48 )
(By: Ny.Youke L.Singal, M.Th)
(By: Ny.Youke L.Singal, M.Th)